Kisah Inspiratif—Sumayyah
Di bawah langit Mekah yang membara, tanah yang lebih panas dari api, tubuh seorang wanita tua terbaring tak berdaya. Tangannya terikat erat, dan wajahnya penuh luka. Nafasnya tersengal, tapi matanya tetap memancarkan cahaya keyakinan.
la adalah Sumayyah binti Khayyat, seorang wanita yang tak memiliki harta, tak memiliki kekuatan di dunia ini, tapi memiliki sesuatu yang lebih berharga dari segalanya: keimanan pada Allah swt.
Karena itulah ia disiksa tanpa ampun. Tubuhnya ditelanjangi dari kehormatan, dipaksa berbaring di atas pasir yang membakar. Abu Jahal dan orang-orang Quraisy berdiri di sekelilingnya, tertawa mengejek. Mereka ingin mendengar satu hal darinya: pengingkaran kepada Allah dan Rasul-Nya. Tapi bibirnya tetap terkunci.
Seorang algojo mencambuknya. Sekali. Dua kali. Puluhan kali. Kulitnya robek. Darahnya mengalir. Tapi Sumayyah hanya menggigit bibir, menahan sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Tak cukup dengan itu, mereka menusuknya dengan duri, menjejalkan pasir ke mulutnya, mencambuknya dengan besi panas. Tapi setiap pukulan, setiap luka, hanya membuat hatinya semakin kuat. Dari kejauhan, Rasulullah saw. menyaksikan semuanya.
Beliau ingin berlari, ingin menghentikan penderitaan ini. Tapi saat itu, Islam masih lemah. Tidak ada kekuatan untuk melawan, tidak ada senjata untuk membela.
Hanya satu yang bisa beliau lakukan yaitu berdoa. Dengan suara yang lembut, penuh keyakinan, beliau berkata, "Bersabarlah, wahai keluarga Yasir, karena sesungguhnya tempat kalian adalah surga."
Sumayyah mendengar suara itu. Tiba-tiba, rasa sakit yang mencabik tubuhnya seolah sirna. la menutup mata, mengulang doa Rasulullah di dalam hatinya.
"Surga ...."
Bayangan penderitaan mulai memudar. Dalam kegelapan matanya yang nyaris tertutup oleh darah dan keringat, ia melihat sesuatu. Cahaya. Keindahan. Sungai-sungai mengalir jernih. Pepohonan hijau rindang. Wajah-wajah bercahaya tersenyum menyambutnya. la bukan lagi seorang budak yang dihina manusia. la adalah bidadari surga.
Tetapi Abu Jahal semakin marah. Wanita ini yang seharusnya lemah dan menyerah, justru tersenyum. la mencabut tombaknya. Dalam satu gerakan cepat, ia menghunuskannya tepat ke tubuh Sumayyah. Darah mengalir. Tubuhnya tersentak. Nafasnya tersisa satu tarikan terakhir. Lalu, ia tersenyum.
Karena ia tahu, ini bukan akhir. Ini adalah permulaan menuju pertemuan dengan Rabb-nya. Rasulullah menundukkan kepala. Air mata menggenang di pelupuk matanya.
Beliau tidak hanya kehilangan seorang pengikut. Beliau kehilangan seorang ibu dari umat ini. Tapi beliau tahu Sumayyah telah menang. la bukan hanya wanita pertama yang mati demi Islam. la adalah wanita pertama yang mendapatkan jaminan surga. Sejak hari itu, namanya tidak pernah dilupakan. Hari itu, Quraisy berpikir mereka telah menghabisinya. Tapi yang sebenarnya terjadi, mereka telah mengabadikannya.
Hari itu, mereka pikir telah memadamkan cahaya. Tapi justru cahaya itu semakin terang. Hari itu, Sumayyah binti Khayyat gugur. Tapi ia telah hidup selamanya dalam keabadian surga.
Sumber: Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam
Wallahu a'lamu bishawab.
Komentar
Posting Komentar